Belum pernah terbayang sebelumnya untuk ikut event berskala besar seperti ini. But as I go deeper into it, it feels great. Belajar banyak, ketemu orang-orang hebat, making new friends, experiencing new things, and I love every single thing about it. A year had passed, tapi kepengen banget buat sharing ini. Di post kali ini gue akan berbagi cerita soal pengalaman berpartisipasi di event Asian Para Games 2018.
Basically, Asian Para Games sama konsepnya seperti Asian Games. Pesta olahraga 4 tahun sekali tapi yang bikin beda adalah Asian Para Games diikut sertakan oleh atlet difabel. Sebelum ikut event ini, jujur gue gak tau kalo ada pertandingan olahraga buat penyandang difabel. But the idea itself is really cool.
Gak tau harus mulai dari mana saking banyaknya yang pengen diceritain. Dari awal dulu kali ya. Oke, gue ikut berpartisipasi di APG 2018 sebagai IT Staff (not a volunteer) di bawah naungan perusahaan IT yang berpusat di Malaysia, yaitu PT World Sport Leader (WSL) yang jadi partner APG untuk handle dan maintain website resmi Asian Para Games. Gue bareng sama Team bertugas untuk input score, coding, masukin jadwal pertandingan, and pretty much doing IT related job including narik kabel, dll. But the question is? Apakah gue punya background IT? No, I don't. Not at all.
Why I ended up there? Kok bisa ikut APG?
Berawal dari suatu sesi curhat di malam hari selepas pulang kuliah sama kaka alumni SMA and also one of my closest friend, Ka Patrick. Aku curhat banyak soal kerjaan dan kondisi kantor yang kebetulan adalah Production House yang juga lagi punya project event tapi terpaksa harus batal karena satu dan lain hal. Karena kasian (wkwk) Ka Patrick nawarin buat gabung ke WSL yang kebetulan lagi kekurangan orang banyak. Secara singkat doi menjelaskan soal kerjaan dengan format 5w1h, soalnya anaknya kepo, ga bakalan berenti nanya kalo belom jelas.
Meskipun udah mengelak beberapa kali karna gak punya background IT, Ka Patrick meyakinkan gue buat ikut karna nanti juga akan di training selama sebulan. Doi bilang buat dateng keesokan harinya karna pas banget lagi ada recruitment. Sebagai orang yang suka ngeri ketemu orang baru dan interview kerja, otomatis gue langsung berasa panas dingin dong. But deep down, somehow, I know that this experience will be awesome. So I go for it.
Setelah beberapa kebingungan dan kesasar, sampailah gue di kantor TVRI yang akan jadi kantor sementara WSL selama event APG berlangsung. Ternyata kantornya ada di belakang paling pojok kompleks perkantoran dan tepat di sebelahnya ada gudang tua yang udah rusak yang feel-nya cocok buat syuting film horror, digunakan buat nyimpen barang-barang yang udah gak dipake. Orang yang kerja disana saat gue baru masuk mungkin rasionya setengah orang Indo dan setengah orang Malaysia. Cukup excited karna gue gak pernah kerja sama orang yang bukan orang Indo sebelumnya.
Ka Patrick ngenalin gue sama temennya yang juga diajak gabung, namanya Ka Desi yang waktu itu juga lagi sibuk daftar PNS. She also writes but I think she's working on a news portal, which is different from what I do here. Right of the bat, I can see that she takes seriously about everything she does and that's quite admirable.
Udah absen, udah isi data diri, waktunya interview. Padahal udah panik, ternyata gak ada interview dan langsung briefing. Disitu kita dikasih tau secara singkat bakalan ngapain dan sekaligus penempatan cabang olahraga. Pas ketemu Ka Patrick sebelumnya doi bilang buat masuk ke cabor Wheelchair Tennis, cabor yang dia handle. Awalnya gue gak mau tuh masuk ke cabor yang sama, karna gue gak mau jadi tergantung sama doi.
Ketika temen angkatan gue dipanggil dan udah dimasukin ke cabor, nama gue belom dipanggil juga. Dengan ragu, gue bilang kalo belom kebagian cabor. Trus ditanya, mau masuk cabor apa. I think I kind of feeling overwhelmed, jadi langsung aja nyeplos Wheelchair Tennis.
Setelah milih cabor, disuruh berkumpul sama cabor masing-masing. Yang sebelumnya di WT udah ada 3 orang yaitu Ka Yus, Ka Laura, sama Kapat, anggotanya bertambah 3 lagi, yaitu gue, Ka Desi, Sama Bang Baskoro a.k.a Bangbas. Kita dikasih tau akan seperti apa nanti ketika pertandingan berlangsung, sistem scoring, dll. Sesungguhnya gue masih banyak ga ngertinya saat ini.
Mengingat kata Ibu yang ngurusin recruitment tadi bilang kalau masih banyak banget dibutuhkan orang dan, suruh kita buat ajak temen-temen. Akhirnya gue ajak temen SMP gue, sekaligus sahabat baik gue buat ikutan. Minggu depannya, gue mulai ngantor/training bareng atun yang baru mau daftar. Sempet ada drama karna ternyata waktu itu nasib Atun sama juga kaya gue, dia gak dipanggil-panggil namanya dan harus ngejar-ngejar Kakak yang ini, dan Ibu yang itu buat pilih cabor. Setelah berhasil akhirnya gue dan Atun dipertemukan di WT. Bersamaan dengan masuknya Atun, ada 2 abang-abang yang masuk yaitu Ipay sama Ryan (they're actually older than me but I guess I quit being kaku). Dengan ini gue makin yakin kalo event ini bakalan seru banget.
Training yang gue jalanin sebenernya gak terlalu masuk di otak karna entah kenapa kondisinya kurang kondusif. Beberapa faktor penyebabnya adalah karna kita harus pindah-pindah meja dari yang satu ke tempat lain karena rebutan sama cabor lain, juga karena gue gak punya base IT sama sekali, I feel like I'm walking in the dark. But at other than that, mostly kita belajar scoring karna itu adalah main thing ketika pertandingan udah di mulai nanti. Jadi kebanyakan belajar sistem pertandingan dan scoring.
Masih kurang satu orang, akhirnya beberapa hari kemudian masuk lagi anggota terakhir menggenapkan 10 orang yang akan mengisi cabor WT. Masuklah Tito, yang waktu itu gue panggil dengan sebutan Katit. Disitu mulailah training yang sesungguhnya.
Training pertama dengan member lengkap |
I remember how I always loved to ride transjakarta ke kantor waktu lagi ga bareng sama Atun dan nyasar-nyasar unyu di dalem terminal Blok M wkwkwk atau panasnya matahari pagi waktu nunggu Atun di depan CM. I always remember gimana dingin dan ramenya kantor dan selalu rebutan tempat. I always love Leader kita, Pak Fikri yang baiiiikkkkkk banget, we're lucky to have him as our guide and someone to look up to, dan rasanya gue sama Pak Fikri bisa dibilang senasib karna ternyata beliau adalah dosen manajemen di Malaysia wkwkwkwk, bahkan waktu itu gue pernah bantuin masukin nilai muridnya. Tuh kan, kita sama-sama dikejar target cuma beda peran aja.
Beberapa kali kita berkunjung ke venue untuk cek teknis dan segala macamnya, it was so fricking hot. Kalo diri di tengah lapangan siang-siang rasanya kaya lagi di panggang, sampe team berpikir secara serius untuk berinvestasi sunscreen selama event karna awalnya kita akan ditempatkan di tengah lapangan, tapi karna teknisnya gak memungkinkan, akhirnya kita ditempatkan di lorong pinggir lapangan.
Berkunjung ke venue |
Proses Training |
Pas nonton John English |
Dari awal emang udah jadi tukang foto |
Setelah 2 kali ke venue dan hari H makin deket, kita semua sibuk mempersiapkan diri, but guess what... Pak Fikri dan Ka Pat udah ngejelasin soal sistem pertandingannya sampe mulut berbusa pun gue masih ga ngerti. Akhirnya gue dan Atun berpartner untuk nonton pertandingan tennis random di Youtube dan coba masukin score ke sistem, ternyata yang lain banyak juga yang masih belum paham, akhirnya kita nonton sama-sama.
Gak lupa mempersiapkan izin dari orang tua untuk nginep di hotel selama APG berlangsung karna venue kita jauh banget. Siap-siap koper, bawaan, seragam, name tag yang gak Atun dapetin sampe beberapa hari setelah event berjalan wkwkwk yang jadi bahan bercandaan kita bersama. Hal terakhir yang harus di consider adalah UAS di kampus adalah waktu yang bersamaan dengan event, jadi ketika hari Jumat siang kita harus udah berangkat, pagi-paginya gue udah ngerjain UAS duluan.
Anyway, untuk cerita hari H nya akan gue pisah di post selanjutnya karna bakalan panjang banget. So thanks for reading, but mostly thanks to myself yang masih inget detail-nya. I'll speak to you guys a next time!
Unch katit
ReplyDelete